Pakar Geologi UGM Peringatkan Retakan “Tapal Kuda” sebagai Gejala Awal Longsor

0
120

Jakarta – batamtimes.co – Guru Besar Teknik Geologi dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada, Prof. Dwikorita Karnawati, mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi longsor di puncak musim hujan. Ia menegaskan bahwa kemunculan retakan tanah berbentuk lengkung menyerupai “tapal kuda” pada lereng merupakan indikator awal paling penting sebelum tanah bergerak dan longsor terjadi.

Sebagaimana diketahui, tanah longsor menimbun sejumlah rumah warga di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Jum’at (14/11/2025). Puluhan warga dilaporkan masih hilang akibat bencana ini. Material longsor menimbun permukiman, menyebabkan penurunan tanah sedalam dua meter dan retakan sepanjang 25 meter.

“Retakan tapal kuda terbentuk pada batas antara lereng yang masih stabil dan bagian yang mulai bergeser. Begitu retakan ini muncul, risiko longsor meningkat signifikan,” ujar Dwikorita Sabtu (15/11/2025).

Menurut Kepala BMKG periode 2017-2025 tersebut, berbeda dengan gempa atau tsunami, longsor umumnya didahului gejala awal. Retakan memanjang berbentuk lengkung di atas lereng adalah sinyal yang harus segera diinspeksi oleh masyarakat, aparat desa, relawan kebencanaan, maupun pemerintah daerah, terutama saat wilayah sedang dilanda hujan intens.

Jika retakan tapal kuda ditemukan, Dwikorita meminta agar aktivitas warga di area bawah lereng segera dihentikan. Warga diminta pindah ke lahan datar dengan jarak aman minimal dua kali tinggi lereng, terutama ketika hujan mulai turun.

Dwikorita juga menekankan pentingnya penanganan cepat saat cuaca cerah. Retakan perlu langsung ditutup menggunakan material kedap air atau tanah lempung agar air hujan tidak merembes ke dalam lereng. Peningkatan tekanan air di dalam tanah merupakan penyebab utama pergeseran massa tanah dan pemicu longsor.

“Semakin banyak air yang meresap, semakin besar dorongan dari dalam lereng hingga akhirnya tanah meluncur,” jelas Dwikorita.

Selain retakan tapal kuda, tambah Dwikorita, sejumlah gejala lain juga sering muncul sebelum lereng mengalami longsor. Antara lain, pohon, tiang, atau bangunan yang tiba-tiba miring ke arah bawah lereng merupakan salah satu tanda awal pergerakan tanah. Munculnya rembesan air atau mata air baru pada permukaan lereng juga menunjukkan adanya peningkatan tekanan air di dalam tanah.

Selain itu, lereng yang tampak menggembung, tanah yang turun atau ambles, serta retakan pada lantai dan dinding bangunan di sekitar lokasi menandakan struktur tanah mulai melemah. Bahkan pintu atau jendela rumah yang tiba-tiba sulit dibuka bisa menjadi sinyal pergeseran pondasi. Apabila muncul jatuhan tanah atau kerikil dari bagian atas lereng, terutama bila terdengar suara gemuruh, warga harus segera mengosongkan area tersebut karena kondisi tersebut menandakan longsor dapat terjadi sewaktu-waktu.

Dwikorita menambahkan bahwa kewaspadaan ekstra penting diterapkan pada wilayah yang sedang dilakukan pencarian korban. Curah hujan tinggi pada periode ini membuat potensi longsor susulan tetap besar di berbagai daerah.

“Pengamatan dini dan respons cepat adalah kunci untuk mencegah jatuhnya korban baru,” tutupnya.

Penulis : Tanto

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here