Zulhas Gerak Cepat Tangani Korban Bencana di Sumatera

0
41

Sumatra – batamtimes.co – Banjir besar yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera pada akhir November 2025 kembali meninggalkan luka mendalam bagi ribuan warga terdampak bencana.

Sejumlah permukiman di wilayah provinsi Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Provinsi Aceh terendam banjir dan longsor, akses distribusi terputus serta warga masyarakat terpaksa mengungsi dengan kondisi serba terbatas.

Ditengah situasi darurat ini, perhatian publik tertuju pada langkah cepat pemerintah pusat dalam memastikan kebutuhan dasar utamanya pangan tetap terpenuhi.

Salah satu yang bergerak cepat adalah Menteri Koordinator Bidang Pangan Indonesia Zulkifli Hasan atau yang akrab disapa Zulhas. Pada 28–30 November 2025, ia langsung bertolak ke Sumatera Barat dan beberapa titik terdampak lain untuk melihat kondisi lapangan secara langsung. Kunjungan ini bukan sekadar formalitas, ia turun ke posko posko darurat, berdialog dengan warga terdampak, hingga ikut menyalurkan bantuan langsung dari tangan ke tangan.

Setibanya di lokasi, Zulhas langsung menuju beberapa titik pengungsian yang paling terdampak. Kehadirannya disambut antusias dan haru warga yang telah berhari-hari bertahan dengan stok terbatas. Beberapa warga menceritakan kesulitan mendapatkan akses air bersih, keterbatasan dapur umum, serta sulitnya mendapatkan bahan pangan karena banyaknya jalur distribusi yang terputus.

Bukan hanya meninjau dari kejauhan, Zulhas memilih mendatangi area terdampak yang cukup sulit dijangkau. Ia berkeliling bersama tim lapangan dan pemerintah daerah untuk memastikan data kebutuhan dan kerusakan dapat segera ditindaklanjuti.

Langkah cepat ini menunjukkan bahwa pemerintah pusat ingin memastikan keputusan tidak hanya berbasis laporan, tetapi fakta yang terjadi di lapangan.

Dalam setiap penanganan bencana, pangan menjadi salah satu kebutuhan yang paling rentan. Putusnya akses transportasi membuat pasokan sangat terganggu, harga melonjak, dan ancaman kelangkaan muncul.

Melihat kondisi itu, Zulhas langsung menginstruksikan langkah konkret,
Bulog diperintahkan untuk menggandakan suplai logistik pangan ke wilayah terdampak.

Jika wilayah tersebut biasanya menerima suplai 1.000 ton beras, dalam masa darurat ini dialokasikan hingga 2.000 ton, disertai bahan pokok lainnya seperti minyak goreng, gula, tepung terigu, dan kebutuhan mendesak untuk dapur umum.

Instruksi ini diambil untuk mencegah dua risiko besar pascabencana diantaranya kelangkaan pangan di posko dan rumah warga, kenaikan harga akibat distribusi yang tersendat, keputusan suplai “dua kali lipat” ini menjadi salah satu titik penting dari gerak cepat yang dilakukan.

“Tidak hanya bantuan pangan, pemerintah juga mengirimkan paket bantuan keluarga, selimut dan perlengkapan tidur, makanan siap saji dan bahan dapur umum, air mineral, kebutuhan untuk anak dan lansia
Seluruh bantuan ini dikoordinasikan lintas instansi dan pemda agar tidak terjadi tumpang tindih serta tepat sasaran,” ujarnya.

Selain urusan soal pangan, satu hal penting yang menjadi perhatian Zulhas, adalah rumah warga yang hanyut atau rusak berat akibat banjir bandang. Banyak warga yang kehilangan tempat tinggal dan terpaksa tinggal di posko sementara.

Menanggapi hal itu, Zulhas meminta pemerintah kota dan provinsi melakukan pendataan terperinci terhadap rumah yang rusak sedang, rusak berat dan yang benar-benar hilang terbawa arus.

“Dari pendataan ini, pemerintah akan menentukan mekanisme bantuan lanjutan yang mencakup perbaikan, pembangunan kembali, sampai relokasi ke tempat yang lebih aman bila wilayah tersebut masuk kategori rawan bencana ulang.Pendekatan ini menunjukkan bahwa penanganan tidak hanya berhenti pada bantuan darurat, tetapi juga pemulihan jangka panjang,” ucapnya.

Setiap peristiwa bencana selalu mengundang perhatian dan opini publik. Meski banyak yang mengapresiasi langkah cepat Zulhas, ada pula kritik yang muncul, terutama dari warganet. Sebagian menyoroti bahwa penanganan bencana jangan hanya sekadar respons darurat, tetapi harus menyentuh akar masalah seperti kerusakan lingkungan, tata ruang, dan mitigasi risiko jangka panjang.

Namun di lapangan, banyak warga yang mengungkapkan rasa lega karena bantuan datang lebih cepat dan merata, khususnya pasokan pangan yang biasanya menjadi sumber kekhawatiran utama di masa awal bencana.

Kritik dan apresiasi menjadi bagian dari dinamika publik. Yang terpenting adalah tindak lanjut dan realisasi jangka panjang yang benar-benar dirasakan warga.

Zulhas menunjukkan salah satu bentuk nyata tanggung jawab terhadap masyarakat terdampak bencana. Tapi, sebagai masyarakat dan media, kita juga perlu terus memantau agar janji-janji pemulihan dan perbaikan benar-benar dijalankan.

 

Penulis : Tanto

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here