batamtimes.co,Tanjunguban – Kepala Klinik Adelweis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjunguban, dr Ade mengungkapkan, terdapat 137 orang warga Kabupaten Bintan positif menderita penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus) atau AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Dari jumlah itu, 30 orang wanita yang 24 orang adalah Ibu Rumah Tangga (IRT), 5 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Justri dari kalangan Pekerja Seks Komersil (PSK) hanya 1 orang.
“24 IRT ini tetular HIV/AIDS dari suaminya sendiri. Mungkin tanpa disadari penyakit itu mengiveksi IRT saat melakukan hubungan intim dengan suaminya,” ujarnya saat dikonfirmasi, (31/5/2016).
Dari 24 orang IRT yang positif HIV/AIDS ini, lanjutnya, sembilan diantaranya dalam kondisi hamil. Namun sembilan bayi yang telah dilahirkan dari penderita penyakit tersebut semuanya dalam kondisi sehat atau tidak terinfeksi sedikit pun alias negatif.
Mereka yang menderita HIV/AIDS ini telah disarankan untuk melaksanakan kontrol kesehatan secara rutin. Bahkan setiap penderita akan mendapatkan obat ARv yang telah disediakan oleh pemerintah secara gratis.
“Ada tiga pasangan suami istri yang kita sarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi saat melakukan hubungan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko dari penularan penyakit mematikan tersebut,” akunya.
Perawat Klinik Edelweis, Erion menjelaskan bahwa penderita HIV/AIDS ini tertular disebabkan melakukan hubungan seks dengan bergantian pasangan, transfusi darah, dan pemakaian narkoba dengan jarum suntik secara bergantian.
“Penderita penyakit ini harus disupport dan jangan dikucilkan. Karena mereka ingin hidup normal sebagaimana orang lain,” pintanya.
Dihimbaunya, bagi warga Bintan yang merasa berisiko dengan penularan penyakit ini agar memeriksakan diri ke klinik terdekat. Jangan takut, karena kerahasiaan indetitas yang bersangkutan dijamin aman.Jika sudah masuk stadium baru ketahuan bisa bahaya. Jadi lebih baik memeriksakan diri sedini mungkin. Tenang saja kami jamin kerahasiaannya,” sebutnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bintan, Muhammad Roem mengatakan, dari 137 penderita HIV/AIDS hanya 47 yang melakukan kontrol secara rutin. Sedangkan 90 penderita lainnya tidak melakukan kontrol rutin.
Dari 90 orang itu tercatat 9 penderita sudah meninggal dunia, 6 penderita rujukan keluar daerah dan 75 penderita lost follow up atau tak ada kabarnya dan juga tak bisa dihubungi.
“Kita sudah menurunkan staff untuk menginventarisir, mengidentifikasi dan memotivasi penderita. Bahkan kita juga melaksanakan pendampingan,” ungkapnya. (btd/red)