REMPANG-GALANG: Diskursus Menuju Solusi

0
636
Keterangan Foto : Hamzah Idris , Aktifis sekaligus Kader Partai Demokrat Kepri

Oleh :  Hamzah Idris 

Aktifis sekaligus Kader Partai Demokrat

Mencari bentuk terbaik memerlukan formula khusus untuk mencapai titik keseimbangan—Win-Win Solution.

Beberapa pekan terakhir, publik disuguhi diskursus hangat mengenai kelanjutan Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang-Galang. Apakah proyek ini akan dilanjutkan atau dihentikan? Polemik ini merefleksikan ketegangan antara aspirasi pembangunan dan suara masyarakat akar rumput.

Dikotomi persepsi muncul dari level pusat. Ibu Rieke Diah Pitaloka, melalui RDP Komisi VI DPR RI, bersama sejumlah perwakilan masyarakat Rempang-Galang, dengan tegas menyatakan bahwa PSN Rempang-Galang telah dihentikan, dan keputusan ini telah disetujui oleh Presiden Prabowo Subianto. Namun tak lama berselang, Bung Andre Rosiade dari Partai Gerindra menegaskan bahwa proyek ini tetap berlanjut. Menurutnya, regulasi Perpres harus dibaca secara menyeluruh, tidak parsial. Artinya, Perpres RPJMN 2025 tidak serta-merta meniadakan RPJPN yang mencakup proyek tersebut.

Diskursus ini kembali menghangat ketika perwakilan warga Rempang-Galang menemui Walikota Batam merangkap Kepala BP Batam, Bapak Amsakar Achmad, guna meminta kepastian sikap pemerintah daerah.

Sebagai aktivis dan kader Partai Demokrat Kota Batam, saya memberikan atensi sekaligus apresiasi atas keterbukaan Walikota Batam dalam membuka ruang dialog. Ini menunjukkan karakter birokrasi yang melayani, transparan, dan berorientasi solusi. Kami di Partai Demokrat meyakini bahwa esensi demokrasi adalah mendengar, berdialog secara setara, serta memberi ruang partisipasi publik.

Namun, di balik diskursus yang terus bergulir, kita semua perlu menyepakati suatu solusi yang adil dan beradab. Penyelesaian yang bijak harus mempertimbangkan sejarah panjang Rempang-Galang dan tamadun Melayu yang membentuk identitas masyarakatnya. Formula regulasi ke depan harus mampu menjaga keberlanjutan sejarah dan budaya Melayu tempatan, sembari tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Sebaliknya, warga Rempang-Galang pun perlu meneladani nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh moyang mereka—bahwa tamadun Melayu adalah tamadun yang terbuka, damai, dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Di atas segalanya, saya tetap mendukung dan mendorong dialog-dialog setara untuk terus digelorakan—memberi ruang, memberi rasa, demi masa depan generasi Melayu yang lebih baik.

Beribu Takzim.(*)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here